JOGYAKARTA, AKUIAKU.Com — Cantik, pintar dan berbakat adalah tiga kata yang mungkin pas mewakili diri Laily Anna Diah Ardi Shinta, S.Ked atau yang akrab disapa Laily. Gadis yang akan segera mendapatkan gelar dokternya di tahun ini juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya di dalam kehidupan sehari-harinya.
Laily juga tercatat sebagai pemudi yang aktif dalam berbagai macam lomba, baik dari tingkat kabupaten hingga nasional. Beberapa prestasi yang sempat dia raih yakni, menjadi presenter dan pembaca berita terbaik tingkat kabupaten dan provinsi, Runner up 4 Duta Wisata Indonesia 2017, Juara Tari Kreasi Kabupaten-Propinsi, beberapa kejuaraan bidang atletik mulai dari lari, tolak peluru dan lain-lain. Ia juga sempat menjadi Juara Esay dan Paskibraka Propinsi DIY di tahun 2010.
“Saya selalu mengedepankan kerja keras, saya selalu berusaha melakukan apapun yang bisa saya kerjakan dengan maksimal,” tuturnya ramah.
Laily juga bercerita bahwa hal yang membuatnya selalu bersemangat adalah rasa syukur. Setiap hal yang ia capai sekecil apapun senantiasa ia syukuri. Karena ketika ia melihat sekitarnya, tentu lebih banyak orang yang mungkin tidak seberuntung dia.
“Hidup itu seperti pena. Terserah kita mau melukiskan apapun. Dan ingin menggunakan tinta apapun, menulis dimanapun. Tapi bagaimana kita menbuat pena itu bermakna bukan hanya sekedar membuat goresan,” tutur anak ke dua dari tiga bersaudara ini.
Mahasiswa Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga bercerita bahwa dia ingin menjadi dokter agar bisa membantu banyak orang dan bermanfaat.
“Saya ingin berbagi harapan, bahwa kita bisa melaju secepat apapun, ketika kita percaya dan berupaya sebaik-baiknya. Kemudian membagi keyakinan untuk berjuang meraih mimpi. Dan berbagi semangat untuk terus berkarya,” ujarnya yang hobi mengunjungi tempat bersejarah ini.
Laily yang lahir di Bantul, 7 Januari 1994 juga berkata bahwa ia mengidolakan dr. Wahidin sudirohusodo, karena ia merupakan penggagas berdirinya Budi Utomo, seorang dokter yang peduli dengan pendidikan rakyat dan mementingkan kehidupan rakyat. Budi utomo organisasi politik dan pendidikan pertama di Indonesia yang kita kenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
“Selain itu Inspirator saya adalah orang-orang disekitar saya, terutama ibu, ayah, kakek dan juga nenek. Kami orang desa lho…, tapi kami selalu punya cita-cita dan motivasi untuk menjaga warisan leluhur, serta maju dalam bidang pendidikan juga untuk kehidupan generasi kita nanti. Mencintai harmonisasi kesahajaan wong ndeso hehehehe…,” ucapnya ceria.
Laily bercerita bahwa dia selalu menjaga semangat dan nilai-nilai budaya yang diajarkan oleh keluarga. Meskipun saat ini masalah etika dan norma seringkali dikesampingkan karena perkembangan jaman. Ia berusahha agar tetap menjalankan tradisi, tentunya dia juga masih terus belajar dan memperbaiki diri.
Lalu bagaimana mulanya Laily bisa tergabung dalam Duta Pariwisata Nasional?
“Awal saya ikut karena didaftarkan oleh teman-teman SMP saya dulu. Kebetulan SMP saya di Bantul, kemudian saya mengikuti Ajang Dimas Diajeng Bantul, menjadi finalis kemudian berlanjut menjadi Duta Wisata,” tuturnya.
Laily mengaku sangat senang karena bisa terlibat dalam promosi wisata, kemudian juga memberikan materi tentang nasionalisme di beberapa acara, melakukan diskusi atau “sharing” dengan penggiat wisata, riset, membantu acara-acara kedinasan, dan menjalin hubungan dengan duta wisata lain.
“Mencintai budaya sama dengan mengenali jati diri kita sendiri. Jangan jadi generasi yang latah. Harus percaya diri dan berbangga dengan Indonesia,” ucapnya semangat.
Harapannya kedepan adalah ingin menambah pengalaman dan wawasan lebih dalam tentang ilmu wisata, budaya dan pengetahuan umum serta dunia “pageant”. Ia juga ingin sukses meraih cita-cita, bermanfaat dan memberi inspirasi untuk orang-orang di sekitar.
“Bijaksanalah dan lakukan yang terbaik dimanapun dan kapanpun. Hidup cuma sekali, langkah kita yang akan menorehkan sejarah bagi generasi kita,” begitu Motto hidup Laily. (Tiwi Kasavela)