Surabaya, AKUIAKU.Com — PEMUDA kelahiran Surabaya, 28 Mei 1998 ini, sudah memiliki beragam pencapaian di dalam hidupnya.
Prestasi dalam kehidupan Aldyan Faizal atau Aldy. Adalah hal yang tidak terpisahkan lagi.
Diantaranya Juara 2 Lomba Band Religi Se-Jawa Timur 2013, Juara 2 Lomba Band SMA dalam Sidoarjo Education Expo 2015, Top 15 Honda Deteksi Band Competition 2014 dan 2015, Top 10 Lomba Band Nasional dalam event Smekdor, Juara I Lomba Band Umum yang diadakan di BG Junction.
Tidak hanya itu ia juga pernah menjadi Juara 3 Lomba Film Pendek FLS2N 2015. Dimana pada saat itu ia yang menjadi pengarang ceritanya.
Dalam bidang akademikjuga, pernah mendapat peringkat Satu Nilai Ujian Nasional peminatan IPS SMAN 1 GEDANGAN tahun ajaran 2015/2016, menjadi Top 5 Guk Sidoarjo 2017. Sehingga ia berkesempatan untuk mewakili Sidoarjo dalam pemilihan Raka Raki Jawa Timur 2018.
“Saya ingin menjadi orang yang selalu menjadi lebih baik dari waktu ke waktu,” tandasnya yakin.
Ketika ditanya alasan mengapa ia begitu gigih dalam berprestasi…?
Mahasiswa Studi Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang juga sekarang ini, tengah disibukkan dengan Kuliah dan Kegiatan dari organisasi Duta Wisata. Antara lain Paguyuban Guk Yuk Sidoarjo dan Ikatan Raka Raki Jawa Timur. Karena memang saat ini ia masih menjabat di kedua organisasi tersebut. Juga tergabung dalam organisasi mahasiswa Asian Law Student Association (ALSA).
“Ya… saya juga punya kegemaran lain. Sejak kecil sangat tertarik dengan musik. Awalnya hanya suka bernyanyi, tapi lama kelamaan saya tertarik untuk bermain alat musik. Tapi karena memang di keluarga tidak ada yang pandai bermain alat musik. Jadi saya belajar main musik secara otodidak, ketika kelas 5 SD. Saat itu saya mendalami alat musik gitar, karena saya sempat terobsesi untuk bisa seperti Zacky Vengeance Gitaris dari grup band Metal, “Avenged Sevenfold”. Dan lama kelamaan saya juga mempelajari alat musik lain seperti Bass, Piano dan Drum.l,” ucapnya mengalir.
Namun setelah Aldy lulus SMA, dirinya sudah tidak terlalu aktif bermusik. Karena beberapa rekan bandnya, kuliah di luar kota. Semenjak itu ia mencari kegiatan lain dan dunia game adalah hal yang tepat untuk ia lakukan.
Saat mendalami “dunia game”, Aldy sempat mengikuti lomba “game online” tingkat Nasional yang di adakan oleh Gemscool. Dimana dalam turnamen tersebut, hanya bisa diikuti 16 Tim Terbaik se- Indonesia.
Namun karena sesuatu hal, memutuskan untuk berhenti bermain “game” tersebut.
Lantas bagaimana prinsip dan filosofi dari Aldy……?
“A Smooth Sea Never Made a Skillful Sailor. Maka karena itu saya menganggap segala kejadian yang memberatkan hidup saya, tidak lain hanya ujian dari Tuhan untuk menjadikan saya, menjadi pribadi yang lebih baik dan tahan banting dalam menjalani kehidupan,” paparnya optimis.
Mengenai cita-cita sendiri, Aldy bermimpi untuk menjadi seorang musisi yang juga berprofesi menjadi Konsultan Hukum atau Pengacara.
“Ya… sosok yang selalu menginspirasi saya adalah ayah. Karena beliau adalah orang yang selalu menjadi suri tauladan, dalam menjalani kehidupan. Beliau adalah ayah yang sangat baik. Dan sangat disegani oleh banyak orang terutama keluarga besarnya. Sesuai dengan namanya yaitu Abdul Ro’uf yang berarti hambamu atau hamba Allah yang pemberi kasih. Beliau sangat mengasihi keluarganya. Saat masih muda, beliau mampu menyekolahkan 6 adik-adiknya sampai lulus kuliah. Dan membangun rumah orang tuanya menjadi layak huni. Beliau tidak hanya memikirkan diri sendiri, karena baginya kebahagiaan saudara dan keluarganya adalah kebahagiaannya juga. Karena itu, saya sangat ingin menjadi seperti ayah saya. Menjadi orang yang pemberi kasih, pemberi manfaat, tak hanya bagi keluarga namun juga bagi masyarakat luas,” renungan seorang Aldy.
Selain itu bungsu dari tiga bersaudara ini juga, mengaku bahwa ia mengidolakan sosok Gusdur. Karena Aldy melihat bahwa sosok Gusdur adalah pemimpin yang benar-benar dapat memaknai Kebhinekaan di Indonesia.
“Hidup di dunia hanyalah sementara, karena itu saya ingin menggunakan kesempatan hidup ini dengan sebaik baiknya. Agar kelak setelah tiada, saya bisa meninggalkan dunia tanpa penyesalan. Saya tak berharap untuk dikenang, selama hidup berguna untuk masyarakat, hal itu sudah cukup bagi saya” tutupnya bijak. Dan sore itu sebelum senja mulai memerah dan mengkelam menuju malam di tengah hiruk pikuknya keramaian kota Buaya alias Surabaya. (Tiwi Kasavela)