Jakarta, AKUIAKU.Com — NASIB Kesenian Tradisional memang makin memprihatikan, usaha pelestarian terus dilakukan oleh para pelaku Ludruk. Salasatunya dengan pentas Muhibah Ludruk Kebangsaan” Perkumpulan Kesenian Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara, Surabaya.
“Dari kecil saya mencintai Kesenian Ludruk, denger musiknya di radio saja. Saya sudah tahu kalau ludruk tengah mengudara. Karenanya saya tidak rela kalau Ludruk harus musnah,” ujar Indah Kurnia, Anggota DPR RI komisi 11 ini ketika ditemui di anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah. Kamis (16/8/18).
Dalam upaya pelestarian Kesenian Ludruk Indah, yang berlatar belakang seorang penyanyi ini. Mendukung penuh setiap kegiatan para seniman Ludruk.
“Ketika teman-teman mengemukakan keinginannya untuk menggelar pertunjukan di Jakarta. Saya langsung dukung dan mencarikan dana operasionalnya,” tegas Indah Kurnia.
Pada pementasan yang dihelat pada17 Agustus di Taman Mini Indonesia Indah, tgl 18 dan 19 Agustus di Taman Ismail Marzuki gedung Graha Bakti Budaya, Jl.Cikini Raya 73 Jakarta Pusat.
Disadari betul oleh para seniman Ludruk, berhadapan dengan penonton yang belum fanatik dengan kesenian Ludruk adalah resiko yang sudah kami pertimbangkan. Penjagaan terhadap eksistensi kesenian Ludruk, Inovasi dan Regenerasi yang sudah kami lakukan dan militansi seluruh anggota kiranya modal yang akan kami desakkan kepada penonton di Ibukota RI itu, sebagai sebuah tawaran tentunya.
“Jujur, kami ingin pentas di Istana President, seperti kala Bung Karno memimpin negeri ini. Salasatu alasannnya ialah di era President Joko Widodo, Undang Undang Pemajuan Kebudayaan disahkan. Tentunya juga bakal dijadikan pedoman untuk melaksanakan pembangunan berkesenian di Nusantara ini. Untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan Seniman,” papar Prapto Pempek.
Indah Kurnia pun berharap, “Kami juga ingin tahu, kira kira apa yang Beliau ketahui tentang kesenian Ludruk ini, yang keberadaannya jauh sebelum Bangsa kita meraih kemerdekaan. Dan Kesenian Ludruk saat itu, sebagai media efektif dalam mengambil bagian merebut kemerdekaan”.
Dua kisah yang dihadirkan yakni Cak Durrasim Sang Pahlawan, saya garap berdasarkan pengakuan keluarga Cak Durrasim (alm), Guruku tersayang (BUI). Mengadaptasi naskah lakon karya teatrawan Akhudiat. Lakon yang menurut kami sangat tepat, untuk merespon kondisi bangsa dan Negara saat ini.
Proses menuju pentas di Jakarta ini sangat sangat mengesankan, Responsi dulur dulur seperti Indah Kurnia anggota komisi XI DPR RI, Gunawan Aji Rektor Universitas Sunan Giri Surabaya, dr. ZquifIi dari Bengkel Muda Surabaya, DR. Basuki Babusalam Anggota DPR Provinsi Jatim, Lulu Kurnia Ning Surabaya tahun 93, Senior teater Ragil Surabaya, Aktris Sinetron. DR. Andreas Eno Tirtakusuma, SH,MH. Advokat, Dosen. Eko Patrio, anggota DPR RI. Pakde Prapto Pempek, seniman Ludruk NKRI. Agus Pengampon, Seniman Ludruk arek Pengampon Surabaya, Himpunan Seniman Panggung Wayang Orang & Ketoprak Jakarta, Adhi Budaya. lbu Tri Risma Harini, Walikota Surabaya, Ibu Antik dan Staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surabaya, Gus Masduki Toha Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya dan anggota DPRD kota Surabaya seperti Bapak Sutadi, Ibu lembah, Ibu Nining, Ibu Ketua Komisi D DPRD kota Surabaya.
Saat ini di Perkumpulan Kesenian Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara, dalam kondisi cukup Prima, proses Ludruk anak-anak dan yang senior berjalan dengan cukup baik, kekompakan semakin meningkat. Kedepan kami agendakan pentas diluar Taman Hiburan Rakyat, mengisi ruang ruang publik di kota Surabaya. Dalam rangka memperkokoh posisi kesenian Ludruk sebagai ICON kota Surabaya. Kehadiran Lilik Dwipu, Ayu Ray, Nur Afiah, Sri Wahyuni, Nirmala Puspa, yang memeiliki pendidikan formal kesenian adalah ”sesuatu” untuk perkembangan perkumpulan kesenian kami. Khususnya dan Kota Surabaya tentunya. Loyalitas mereka bertemu dengan militansi para seniman Ludruk senior di Irama Budaya Sinar Nusantara, terasa sekali bagai “Tumbu ketemu Tutup”. Pas banget, tangan dingin Deden lrawan selaku Ketua, Sabil Lugito, Hengky Kusuma, Arie Stiawan, Bu Nur,mak Suwono, Bu Sur, Pakde Puriadi dll, sesuatu sendiri untuk kehidupan di Tobong ini. (Buyil)