Jakarta, AKUIAKU.Com — FILM Indonesia belum beranjak dari tema yang sama. Padahal banyak tema yang bisa diangkat untuk dijadikan cerita film. Salasatunya adalah Khasanah Budaya Indonesia yang sedemikian kaya.
Ketika diundang menghadiri rilis trailer dan poster film ”Yorick” yang berlangsung, di The Fifth – Kedai 89, Gedung Decorus, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (11/12/2018), saya sangat antusias hadir.
Kegairahan ini lahir dari keinginan menyaksikan film-film bertema alternatif. Tidak sekedar ceritanya, tetapi sebuah rekayasa gambar yang didesain menarik yang bisa memotret kekayaan Budaya Tatar Pasundan di mana setting cerita film ini berawal.
Memang agaknya film ini (menggunakan kata “agaknya” sebab belum menonton), adalah rekayasa cerita berdasarkan kisah nyata. Menarasikan ihwal perjuangan seorang anak laki-laki bernama Yorick, dari Desa kecil di Kecamatan Panjalu, Ciamis, Jawa Barat.
“Trailer” yang ditayangkan memang belum memberi informasi utuh mengenai film ini. Kecuali dari potongan sinopsis melalui penjelasan di “press release”.
Tadinya saya menduga ada sedikit penggalan-penggalan dialog yang dinarasikan oleh aktor dan aktris pendukungnya melalui tayangan “trailer”. Namun nyatanya tidak.
Narasi ini setidaknya penting bagi saya sebagai “planting information”. Bahwa film ini punya pesan kultural berbasis Budaya Sunda. Lagi-lagi “agaknya” film ini menggunakan bahasa Sunda yang disulih-bahasakan ke dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Tentu ada aspek-aspek lain yang diharapkan dapat hadir dalam film ini. Misalnya, berbagai elemen Budaya Sunda yang menjadi sala satu keragaman budaya khas Indonesia. Keragaman yang tidak hanya soal lokasi syuting, ide cerita, atau dialek dan bahasa, namun juga narasi.
Dari film ”Yorick” espektasi saya, muncul berbagai topik dan konten semakin beragam, yang dapat memberi spirit budaya manusia. Inilah yang disebut keragaman “genre” film Indonesia. Sehingga tidak ada lagi tuduhan film Indonesia saat ini, miskin gagasan kurang idea dan kreativitas.
Para sineas (Produser dan Sutradara) berani menampilkan tema-tema film berbeda. Walau barangkali melawan arus, tetapi berhasil mengundang decak kagum dan mengajak orang mau datang ke bioskop untuk menonton film.
“Pekerja Keras Yang Menginspirasi”
Satu hal dijanjikan, tentang cerita film ini yang menarik. Bukan semata hiburan, tapi gagasannya yang menginspirasi. 90% cerita digali dari kisah nyata. Dimulai dari sosok Yorick kecil dalam kondisi serba kekurangan. Dibesarkan Mak Encum, neneknya yang buta huruf.
“Kisah menginspirasi dari manusia bermental baja. Sosok luar biasa. Mampu bertarung dengan segala keterbatasannya. Kalau ada orang yang mampu bersahabat dengan badai, ya Yorick,” kata Megantara, aktor yang berperan sebagai Yorick dalam film ini.
Hidup Yorick tidak menentu, menggelandang di jalan dan emperan kota Bandung tanpa tujuan. Namun hidup serba kekurangan membuat Yorick bertekad menjadi manusia hebat.
Hidup jujur, konsisten, kerja keras, dan pantang menyerah, membuat Yorick nasibnya berubah. Bekerja apa saja, dari mencuci piring, mencuci sepeda motor, kuli angkut, servis komputer, sampai akhirnya menjadi programer IT. Hingga kini bisnis Yorick berkembang menjadi jaringan bisnis besar di berbagai Negara.
Film produksi Rumah Produksi lokal Bandung Nevsky Picture ini disutradarai “Pepi Chappy. Dibintangi para artis antara lain; Megantara, Nina Kozok, Ratna Riantiarno, Andryan Bima, Epy Kusnandar, Kang Saswi, Joe P Project, Sinta Bachir, dan para artis lainnya.
Cerita diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Kirana Kejora. Diterbitkan PT. Nevsky Prospekt Indonesia, tahun 2018 dengan nomor ISBN 978-602-528-830-2. Film ini menurut rencana akan tayang di bioskop bulan Februari 2019 mendatang. Selain di Indonesia, juga akan ditayangkan di Singapore, Hongkong, Brunei dan Malaysia. (Eddie Karsito)