Jakarta, AKUIAKU.Com — SECARA Historis, kota-kota di pulau Jawa merupakan kota-kota kolonial peninggalan rancang-bangun Belanda, termasuk Kota Tua Jakarta.
Di kawasan Kota Tua Jakarta yang kini merupakan Kawasan Cagar Budaya ini, selain Museum Fatahillah, ada juga Destinasi Wisata Budaya kawasan “Pecinan” dan “Pekojan” serta kawasan Bahari (Sunda Kelapa).
Struktur sosial masyarakat Kota Tua Batavia (Jakarta) ini, menurut Kepala Satuan Pelaksana Pengawasan dan Penataan Kota Tua Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta yaitu Asnelly Dwita Ali, meninggalkan berbagai bukti perkembangan Budaya. Berbagai elemen Budaya Kota Tua Batavia tempo dulu. Ini ditunjukkan dari hasil Ekskavasi Antropologis, diantaranya Budaya yang berkembang di kawasan “Pecinan”. “Pekojan” dan kawasan Bahari (Sunda Kelapa).
“Masyarakat tahunya hanya Fatahillah. Padahal penataan Destinasi Wisata Kota Tua yang kami lakukan itu, tidak hanya Museum Fatahillah. Destinasi lainnya ada, seperti kawasan “Pecinan”, “Pekojan” hingga kawasan Sunda Kelapa,” terang Asnelly Dwita Ali.
Secara teritorial, lanjut Asnelly, kawasan “Pecinan” itu meliputi Glodok dan sekitarnya yang sejak dulu banyak bermukim suku Tionghoa. Sementara kawasan “Pekojan” adalah perkampungan di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Kawasan ini sejak era kolonial Belanda sudah dikenal sebagai “Kampung Arab”, “Kampung Khoja”. Pada masa itu di kampung ini banyak menetap Imigran yang datang dari Hadramaut (Yaman Selatan).
Selanjutnya dua kawasan ini memiliki sejarah panjang yang tidak terpisahkan dari terbentuknya kota Jakarta.
“Di kawasan inilah ada berbagai Budaya yang perlu kita ingat dan kita sampaikan ke masyarakat. Diantaranya Budaya Busana seperti yang kita pakai sekarang yaitu Budaya Pecinan (Tionghoa) dan Budaya Pekojan (Timur Tengah),” papar Asnelly.
Pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kata Asnelly, terus mendorong agar masyarakat lebih peduli terhadap sejarah.
“Kepedulian tersebut misalnya dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan. Seperti Pameran Kerajinan, Kuliner, Pergelaran Seni dan Budaya yang mengandung nilai-nilai sejarah. Sehingga anak-anak masa kini, tidak terputus dari akar sejarah bangsanya,” tutup Asnelly. (Ramadhan Panjaitan)