Jakarta, AKUIAKU.C — BANYAK cara dilakukan sineas untuk memperkenalkan budaya bangsanya. Salasatunya dengan menghadirkan sosok “Maestro” Gamelan dari Bali, Profesor doktor Nyoman Wenten.
Alasan Produser sekaligus Sutradara Livi Zheng, menghadirkan sosok Seniman Bali yang sudah 40 tahun menetap di Bali. Lantaran kegelisahannya atas pemakaian Musik Gamelan pada beberapa film produksi Hollywood.
“Kalau hal ini terus dibiarkan, bisa-bisa Gamelan di klaim milik bangsa lain. Hal ini tidak boleh terjadi. Makanya saya buat film “Bali: Beats Of Paradise” dengan menghadirkan sosok pak Profesor Nyoman Wenten, sebagai pemain utamanya,” ujar Livi Zheng, saat Gala Premier di Grand Indonesia Jakarta belum lama ini.
Kegelisahan wanita asal Blitar Jawa Timur ini, tentu direspon pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata yang mensuport film yang akan beredar 22 Agustus mendatang ini.
“Livi Zheng adalah Sutradara muda berbakat yang gelisah akan pengakuan Seni Budaya oleh bangsa lain. Lewat film “Bali: Beats Of Paradise” ini. Livi ingin mengabarkan pada dunia, kalau Gamelan milik Indonesia. Apalagi ia menghadirkan sosok Maestro yang mempengaruhi masyarkat Amerika. Khususnya para Sineas yang pernah memanfaatkan Gamelan sebagai Ilustri Musik Gilmnya. Ceritanya menarik, gambar yang disahkan juga indah dan diharapkan bisa mengundang Wisatawan datang ke Bali,” papar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kata sambutannya.
film “Bali : Beats Of Paradise” adalah Film Dokumenter yang mengisahkan keindahan Pulau Bali dan Alat Musik Gamelan. Film ini dibintangi oleh Nyoman Wenten, Judith Hill, Pemenang Grammy Award (Pemenang Oscar-20 Feet from Stardom). Serta sejumlah pemain dari Indonesia.
Sebelum beredar di Indonesia, Film ini sudah tayang di Amerika Serikat sejak 16 November 2018 dan Korea Selatan pada April 2019.
Film dengan Furasi 56 menit ini, akan memanjakan kamu dengan berbagai sudut dan keindahan Bali. Bagi yang belum pernah ke Bali, Anda bisa dibuat menikmati betapa indahnya pulau Dewata ini. Air terjun, sawah, pegunungan dan lain-lain menyatu sempurna dengan suara alam yang sangat jelas.
Meski tidak seluruhnya pengambilan gambar dilakukan di Bali, Anda masih akan menemukan keunikan tari Bali dan Gamelan dimainkan di Amerika, melalui sosok Wenten dan istrinya. Kamu juga akan menemukan skoring yang menyenangkan dalam film ini, baik itu Suara Alam maupun Gamelan.
Kegigihan Wenten dalam mempelajari Gamelan sejak kecil menjadi bagian yang cukup menggemaskan. Livi menempatkan ilustrasi seorang bocah yang merepresentasikan Wenten kecil, berjuang agar bisa ahli dalam Tari Bali dan Gamelan.
Selain itu, pertemuannya dengan Nanik hingga keduanya menjalin cinta menjadi humor sederhana. Yang membuat film ini tidak terlalu kaku. Selama film diputar beberapa penonton dibuat terpingkal dengan Monolog dari Wenten ataupun Nanik.
Bagi sebagian orang, Film Dokumenter tentu akan membosankan. Penonton mungkin akan bosan melihat film ini, karena terlalu banyak penjelasan seputar Gamelan dan Bali itu sendiri. Namun ada bagian yang mungkin akan menampar kita, kenapa banyak orang di luar Indonesia yang tertarik belajar Gamelan. Namun anak muda Indonesia jarang ada yang berminat…..?
Sepanjang film Anda akan menemukan bahwa Gamelan itu bukan hanya Alat Musik Tradisional yang kaku dan hanya bisa memainkan Lagu Daerah. Gamelan sudah jauh melampaui batasan-batasan. Gamelan kerap dimasukkan dalam film-film Hollywood, sebut saja Film “Avatar”, “Star Trek” dan “Mario Bros”.
Livi membuat Film Dokumenter ini, sebagai sebuah petualangan dengan menempatkan Wenten yang berusaha membuat Gamelan dilirik banyak orang. Caranya dengan membuat video di YouTube, bekerja sama dengan Judith Hill dan mengombinasikannya dengan Musik Funk menjadi sebuah lagu berjudul “Queen ofThe Hill”. Istri Wenten, Nanik juga ambil bagian dengan mengajarkan Tari Bali dalam Video Musik tersebut.
Detail pengambilan gambar dan Close Up yang sesekali diperlihatkan Livi. Benar-benar mengeskplorasi bagaimana perjuangan Wenten dan Nanik.
Tidak berhenti sampai video itu selesai, Wenten dan juga Judith lalu menemui kesulitan agar orang-orang tertarik melihat Vide Musik tersebut. (Buyil).