Jakarta, AKUIAKU.Com — SYUTING di lokasi yang Eksotik Temanggung, dengan CGI dari Orangeroom Cs, gambar dari Arfian, Grading P’Nu di Kantana Post Production. Dilengkapi musik Andhika Triyadi, jadi paketan komplit yang akan membawa kita dalam petualangan horor sebenarnya.
Catatan Sutradara – Guntur Soeharjanto, “Membuat film bergenre horor adalah pengalaman pertama saya. Cerita film ini berawal dari diskusi dini hari di kantor Starvision. Saya dengan Pak Parwez ngobrol tentang film horor disela-sela editing sebuah film.
“Pak, saya punya cerita masa kecil. Tentang sebuah hantu yang unik. Bukan Pocong, Kuntilanak atau Wewe Gombel. Tapi LAMPOR. Dia datangnya malam hari, berupa keranda terbang. Disertai suara pasukan bersuara magis welwoo…. welwoo….welwoo…”.
Dipercaya, bagi yang bisa melihat, ternyata keranda itu diusung oleh setan-setan dan dipimpin olehmakhluk besar hitam. Terbang dengan muka rusak dan bermata merah menyala.
LAMPOR datang meneror dan menculik korbannya. Dibawa dengan kerandanya. Korbannya ada yang hilang, ada yang mati, ada yang jadi sakit atau menjadi gila.
Berjalan pelan setelah malam tiba, menyusuri gang-gang kampung, mencari mangsa. Pantang melihat, pantang terlihat, Kami sangat takut waktu itu.
Ternyata, Pak Parwez tertarik untuk memfilmkan LAMPOR ini. Menurut beliau, konten yang sangat lokal dan Cerita Misteri dengan tradisi Jawa yang kental adalah sesuatu yang kuat dan menarik.
Mitologi Jawa yang tidak lepas dari mistis dan klenik. “Horor yang bukan hanya sekedar horor”. Bagi saya, kekuatan film horor bukan hanya menakut-nakuti. Tapi lebih dari itu, kekuatan struktur cerita, dramaturgi dan penokohan karakter adalah hal yang fundamental.
Kekuatan cinta, intrik hubungan sebuah keluarga yang jadi korban, relasi kedekatan anak dan orang tua, dibalut dalam sebuah teror di lereng pegunungan Sumbing Sindoro, Temanggung.
Dengan Treatment itu, Saya, Alim Sudio dan Pak Parwez kemudian mengembangkan cerita yang Based on True Event tentang LAMPOR ini. Butuh 4 bulan sampai Final Draft.
Yang menarik adalah para pemainnya, Adinia Wirasti dan Dion Wiyoko, bagi mereka ini juga pengalaman pertama untuk berakting di genre horor. Alhamdulillah, setelah mengetahui premis utama dan kekuatan ceritanya. Mereka antusias untuk bermain. Akting mereka sangat kuat dan didukung deretan aktor-aktor dari Yogyakarta, seperti Landung Simatupang, Annisa Hertami dan Rendra Bagus Pamungkas.
Dilengkapi pemain Remaja, Senior dan Anak-Anak, jadi sinergi yang utuh dalam menghadirkan cerita sekaligus menjadikan film ini. Bernuansa mistis dan horor.
Kami syuting film di lokasi tempat asal LAMPOR, Temanggung. Lokasi kota ini berada di antara dua gunung Sumbing dan Sindoro. Daerah pegunungan penghasil tembakau terbesar di Indonesia.
Pendekatan visual dengan set asli dan lokalitas aset disana sangat mendukung kengerian film ini.
Berdurasi sekitar 95 menit, film ini berhasil menyuguhkan suasana horor dan teror yang intens. Dan Plot Dramaturgi yang kuat dan mengalir.
Saya senang dengan hasil kerjasama pemain dan kru yang tiada lelah. Dalam menghadirkan mimpi saya, membuat film dari cerita yang personal untuk saya.
Penasaran…..? Buruan nonton di Bioskop terdekat di kota anda. Mulai hari ini Kamis, (31/10/19). Bagi yang suka dengan yang seru-seruan, lebih tepat nontonnya malam Jum’at…..! (HKS)