Jakarta, AKUIAKU.Com — DOKTER Spesialis Anak, Dr.dr.Farabi el Fouz. SpA.Mkes, khawatiran dampak buruk penggunaan wadah plastik mengandung Bisphenol A atau BPA.
Pengetahuan bahaya Bisphenol A sangat penting. Mengingat bila terjadi akumulasi bisa menimbulkan penyakit serius.
“Bisa terjangkit Kanker, Gangguan Hormon, Penyakit Kantung Koroner, Diabetes, Gangguan Kekebalan Tubuh dan ketidak-normalan Enzim pada Hati dan lain-lain,” terang Dr.dr.Farabi el Fouz. SpA.Mkes, kepada wartawan di Jakarta Rabu, (18/08/2021).
Bisphenol A atau BPA adalah bahan campuran untuk mengeraskan plastik. Sehingga plastik bisa lebih tahan lama, kuat dan mudah dibentuk, maka BPA sangat masif digunakan. Apalagi harganya menjadi sangat kompetitif. BPA juga digunakan untuk plastik kemasan semisal, sebagian Botol Susu Bayi, Piring, Gelas, Sendok, dan bahkan Mainan Anak.
Mengingat bahaya dari BPA, Pemerintah sudah mengatur agar Botol Bayi, Kemasan Susu dan Alat Makan Untuk Bayi harus “Free” BPA alias bebas dari kandungan Bisphenol A.
“Sayangnya, sebagian besar ibu-ibu di Indonesia membuat Susu atau Bubur Bayi dari Air yang bisa saja berasal dari wadah Galon Isi Ulang yang mengandung BPA,” terang Farabi el Fouz.
Di luar negeri, lanjut Farabi el Fouz, banyak negara-negara yang melarang penggunaan campuran zat kimia BPA. Ada beberapa laporan Botol Susu, Wadah Makanan, Piring, Sendok, bahkan Susu Kaleng Bayi itu mengandung BPA.
Kalau di kaleng susu, BPA untuk mencegah korosi dan mencegah bersenyawanya bahan makanan terhadap wadah besi tersebut. Menjadi masalah adalah, kandungan BPA setelah diteliti ternyata bisa memberikan efek buruk seperti Kanker dan Gangguan Endokrin serta banyak juga gangguan lainnya.
“Akhir-akhir ini di Amerika ada penelitian yang menghubungkan antara kematian yang tinggi diiringi dengan angka BPA yang tinggi,” jelas Farabi El Fouz.
“Bahaya BPA meningkatnya resiko kematian. Kematian ini multi faktor, jadi kejelasan menjadi poin penting pada hal ini. Sebagai contoh penyakit Covid ini bisa isolasi virusnya jadi bisa jelas. Tapi BPA agak sulit deteksi karena tidak tersedia disemua laboratorium.
“Kematian itu bisa Serangan Jantung dengan Kolestrol dan punya kadar BPA. Sehingga dianggap BPA memiliki kontribusi memperburuk dan memiliki efek kematian akibat BPA. Sudah ada beberapa Jurnal mengatakan BPA punya resiko angka kematian. Jadi kita harus melek BPA,” ungkap Farabi El Fouz.
Terkait dengan masih banyaknya penggunaan BPA, dalam kemasan plastik yang selalu digunakan dalam kehidupan berkeluarga. Dokter Farabi El Fouz mengatakan dirinya berharap, agar pemegang regulasi bisa memperhatikan hal ini.
“Saya perhatikan BPOM sudah mengeluarkan Awareness terhadap BPA. Tapi kadang gini lho….. kita tahu BPA bermasalah tapi tetap dipakai. Tempat- tempat yang memang bukan dikhususkan untuk tempat makanan dimungkinkan ada BPA, tapi dipakai juga untuk tempat makanan,” ujar dia.
Kontainer misalnya, itu bukan untuk wadah makanan tapi kadang malah untuk tempat sayuran.
“Harus diwaspadai. Ini yang membuat manusia masih bersinggungan dengan BPA. Apalagi bahan makanan tersebut dipanaskan atau dalam keadaan panas” jelas Dokter Farabi El Fouz.
Dengan memperhatikan dampaknya, dokter Farabi El Fouz mengajak seluruh pihak untuk mengatahui dampak buruk BPA. Sebab jika terus dibiarkan maka akan ada pengaruh di jangka panjang dan membawa kerugian buat rakyat Indonesia.
Sudah banyak penelitian terhadap bahaya BPA, di Amerika ada korelasinya antara kematian dan tingginya paparan BPA. Terlebih hingga saat ini tidak ada cara yang efektif untuk menetralisir tubuh manusia dari cemaran BPA di dalam tubuh.
Masih menurut dokter Farabi El Fouz, yang paling tepat untuk menghindari bahaya BPA. Adalah Stop menggunakan wadah plastik yang mengandung BPA.
Caranya bagaimana……?
Bisa dilihat pada kode daur ulangnya. Jika kode daur ulangnya nomor 7 dalam Segita itu artinya bahan tersebut mengandung BPA. Atau ada tulisan PC pada bawah Segitiganya Selayaknya dihindari.
“Memakai wadah plastik sebaiknya hati-hati. Kita harus waspada dengan yang ada goresan, dengan goresan akan membuat luka plastik. Sehingga konten-konten dari plastik masuk ke dalam makanan. Hati-hati memasukkan masakan yang panas. Kadang-kadang masakan yang masih panas kita tumpahin ke wadah tersebut. Bisa menimbulkan Migrasi BPA ke makanan,” ujar Farabi El Fouz. (Eddie Karsito).