JAKARTA, AKUIAKU.COM — KETUA Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait kembali menegaskan bahwa soal rencana BPOM akan memberi label pada galon guna ulang BPA murni pertimbangan kesehatan.
‘Komnas Perlindungan Anak mendukung dan siap mengawal BPOM yang merevisi Peraturan Kepala BPOM No 31/2018 seperti yang disampaikan Kepala BPOM Penny K Lukito,’ ujar Arist Merdeka Sirait, melalui telpon seluler, Selasa 28 Desember 2021.
Menurut Arist, apa yang dilakukan BPOM sudah tepat. Dengan melakukan revisi Peraturan Kepala BPOM dan mewacanakan akan memberi label Free BPA pada galon guna ulang yang berbahan polycarbonat menunjukkan BPOM telah menjalankan apa yang diamanatkan oleh SNI 3553:2015 air mineral.
Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Mineral ini merupakan revisi SNI 01-3553:2006, air minum dalam kemasan.
Standar ini dirumuskan dengan tujuan untuk menyesuaikan standar dengan perkembangan teknologi, terutama dalam metode uji dan persyaratan mutu. Disamping itu, rumusan tersebut menyesuaikan standar dengan peraturan – peraturan baru yang berlaku, serta guna melindungi kesehatan dan kepentingan konsumen.
Fokus Komnas PA, kata Arist, adalah perlindungan anak, kesehatan bayi, balita dan janin pada ibu hamil.
‘Di negara manapun, semua industri pasti mengutamakan kesehatan. Apalagi menyangkut pangan. Menyangkut bayi, balita dan janin sebagai penerus keberlangsungan hidup berbangsa,’ tandas Arist.
Sejalan dengan pandangan Arist Merdeka Sirait, di berbagai kesempatan Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar, juga mengatakan betapa bahayanya BPA.
‘BPA itu senyawa kimia untuk mengeraskan Plastik biar kokoh. Contohnya galon guna ulang. BPA ada di dalam galon ulang. Pastikan tempat makanan yang keras itu juga ada BPA-nya. Karena ternyata secara studi, BPA banyak dipakai untuk botol susu anak,’ kata Nia Umar.
Ibu yang menyusui anak, kata Nia Umar, kebal dari covid. Karena imunitas meningkat, kalau pun tertular bukan dari susu ibu. Tapi berdasarkan studi juga air susu ibu juga terkontaminasi oleh BPA.
‘Bagi Ibu BPA juga ada risikonya. BPA masuk ke dalam rantai makanan yang kita makan sehari hari. BPA juga masuk ke dalam air susu ibu,’ tandas Nia Umar.
Menurut Nia Umar, BPA menganggu kerja endokrin dan meniru kerja estrogen. Itu hormon. Bisa mengubah kondisi hormonal di dalam badan manusia.
‘Bukan menurut Nia Umar ya, Tapi berdasarkan penelitian tahun 2008 di Amerika. Ternyata
Efek BPA bisa mempengaruhi kerja otak, perilaku, kelenjar prostat pada janin yang ibunya banyak mengkonsumsi makanan dari kemasan yang mengandung BPA. Jadi masuk melalui plasenta sampai ke janin,’ papar Nia Umar.
Nia Umar juga menjelaskan bagaimana perjalanan BPA dari kemasan galon guna ulang sehingga masuk ke dalam tubuh manusia.
‘BPA itu hadir di mana-mana. Contoh nyata pada air galon isi ulang. Air dari Sukabumi masuk ke dalam galon. Kemudian galon di angkut kena panas. Dibawa ke toko, galon dijemur kena panas lagi. Dan itu airnya sampai ke rumah kita kemudian diminum. Kita minum air putih yang mengandung BPA,’ papar Nia Umar. (Eddie Karsito).