Jakarta, AKUIAKU.Com — MENYADARI para dalang memiliki fans yang lumayan fanatik dan ternyata juga jadi rebutan Partai Politik (Parpol) untuk mendulang suara dan kepentingan politiknya.
Agar tidak terjadi kegaduhan karena ulah para penggiat dan pelaku dunia perwayangan, maka beberapa organisasi seperti Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI), ASEAN Puppetry Association (APA) Indonesia, Union Internationale de la Marionnette (UNIMA) Indonesia dan PEWANGI (Persatuan Wayang Orang Indonesia) mengeluarkan pernyataan sikap.
“Dalang dan dunia pewayangan harus netral, bebas dari kepentingan politik praktis. Jangan sampai sesama dalang saling menjelek-jelekkan,” ujar Ketua Umum PEPADI, Kondang Sutrisno usai rapat gabungan sejumlah elemen Organisasi Pewayangan Indonesia di Jakarta, Selasa (27/2).
Pernyataan bersama ini, merupakan kesepakatan yang diambil melalui rapat gabungan dari sejumlah elemen Organisasi Pewayangan Indonesia yang berlangsung sepanjang hari ini (Selasa 27/02/2018), sejak pagi hingga sore.
Saat ini kita berhadapan dengan bahaya segregasi sosial di mana politik identitas mencuat. Sebagai penggiat budaya rasanya tidak cukup diam dan pasrah. Diperlukan kesadaran untuk membangun relasi perdamaian sejati yang memperjuangkan nilai-nilai keberagaman dan kesetaraan.
Dalam gerakan budaya ini, sumbangsih pemikiran dari kita diharapkan dapat menginspirasi panggilan bersama untuk meretas damai di tengah keberagaman, secara rukun, bermoral dan berbudaya.
Para penggiat pewayangan tidak memungkiri jika dunia pewayangan kerap menjadi alat penarik massa bagi parpol. Banyak acara-acara wayang digelar oleh parpol sebagai bagian dari kampanye.
“Kami khawatir dalang bisa digunakan sebagai penarik massa. Ujung-ujungnya mereka saling menjelek-jelekan dan membuat masyarakat pecah. Karenanya kami nyatakan sebagai organisasi kami independen,” ujar Y Sudarko Prawiroyuda, pengamat perwayangan yang juga hadir dalam acara ini.
Sudarko Prawiroyuda berharap, saat disewa oleh parpol dalam acara kampanye, dalang tetap “ajeg” dalam membawakan cerita.
Werkudoro ya begitu, Ramayana juga tetap begitu,” pungkasnya. (Tebe)