Jakarta, AKUIAKU.Com — SUDAH menjadi kebiasaan Produser film Indonesia yang senang bermain-main dengan tema film yang sukses diproduksinya. Seperti halnya Manoj Punjabi yang sebelumnya, enggan memproduksi film genre Horor. Maka sebelumnya ada pantangan memasang nama MD Pictures untuk film horor yang diproduksinya.
Manoj Punjabi selaku CEO MD Pictures lebih memilih nama Pichouse Films. Tidak heran ketika Awi Suryadi menyodorkan film Danur, konon Manoj mewanti-wanti pada Awi, agar tidak memasang logo MD Pictures dan namanya pada “credits title” maupun materi promosi lainnya.
“Bahkan “rollbaner” Danur pertama dipajang di Deket toilet lho…,” kata mantan karyawan yang enggan disebutkan namanya.
Namun begitu film “Danur” sukses, di pasaran dan ditonton 2.7 juta penonton. Di film sekuel “Danur”, dengan gagahnya Manoj mengijinkan nama dan logo MD Pictures dipasang.
Bahkan di film horor lainnya, sekarang bahkan tidak ada perbedaan, semuanya memasang nama MD Pictures.
Kembali ke kesuksesan film “Danur I Can See Ghost” dan juga “Danur 2 Maddah”, MD.Pictures kali ini mengangkat kisah “Asih” ke layar lebar.
“Danur ceritanya makin seru dan menarik diproduksi cerita berikutnya. Dan saya makin optimis kalau “Asih” akan lebih sukses dari “Danur” sebelumnya,” kata Manoj dihadapan awak media usai nobar di bioskop XXI Episentrum Kuningan Jakarta Selatan Rabu, beberapa waktu yang lalu.
Manoj mengatakan bahwa film “Asih” diangkat ke layar lebar di bawah payung “Danur Universe”. “Asih” sendiri merupakan salasatu makhluk halus yang sebelumnya diceritakan di film “Danur”.
Film “Asih” ini menceritakan perempuan malang yang mengakhiri hidup. Karena banyaknya kejadian naas yang menimpanya. Dia diusir dari rumah oleh ibu dan bapaknya, karena seorang laki-laki menghamilinya, namun lari dari tanggung jawab.
Sementara, keluarga “Asih”, jelas tidak akan menerima anak “Asih” yang baru lahir. Karena dianggap sebagai aib keluarga. Semua orang kampung mencemooh “Asih”, tidak ada satupun yang membelanya. Hingga semua hal itu membuat “Asih” menjadi gila dan kemudian tega membunuh anaknya sendiri. “Asih” menanggung kesedihan dan marah hingga akhir hayatnya. Dia pergi dengan tidak tenang malam itu.
Film “Asih” secara cerita lumayan menarik, apalagi Awi selaku Sutradara cukup jeli dan detail. Penggarapan nya tidak sekedar menakut-nakuti penonton dengan musik yang mempengaruhi telinga dan mengagetkan penonton. Rasa horornya dibangun secara apik, beruntung penulis memiliki religi yang bagus.
Sehingga adegan dengan nuansa religi ditampilkan, seperti azan saat penguburan ari-ari. Bahkan ketika teror “Asih” mulai menguat, Marini sebagai sosok ibu menetralisir dengan sholat dan zikir hingga tasbihnya putus. Meski adegan memakan ari-ari oleh “Asih”, tapi Awi tidak lebay dengan menghadirkan darah yang lebay.
Semua dengan takaran normal, sehingga film “Asih” jadi horor yang cerdas dan menghibur. Meski penonton diajak untuk bulu kuduk berdiri, tapi kuping tidak pecah dan jantung tidak berdetak kencang. Seperti pada film setan-setanan Indonesia pada umumnya.
Film “Asih” ceritanya diambil dari adaptasi novel karya Risa Saraswati dengan mengajak Shaarefa Daanish, Citra Kirana, Darius Sinathrya, Alex Abbad berakting di film ini. (Boeyil)