Jakarta, AKUIAKU.Com — TERKAIT dengan Wisata Budaya, kata Walikota perempuan ini, Seni dan Budaya Kota Batu menjadi daya tarik tersendiri. Seni tradisional sebagai warisan leluhur terus dipertahankan. Diantaranya Seni “Bantengan”. Sebagai bentuk ekspresi budaya, kesenian ini kerap difestivalkan.
“Kami sudah beberapa kali menggelar seni “Bantengan” secara kolosoal. Pernah kami gelar 1000 Banteng dan Pecut digelar di stadion Brantas. “Bantengan” sudah sampai ke mancanegara. Diantaranya ke Prancis, Australia, dan Malaysia. Masyarakat dari berbagai belahan dunia sangat antusias melihat kesenian ini,” ujar Dewanti.
Di pergelaran Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur ini, duta seni daerah Kota Batu, menampilkan tiga sesi pertunjukan, Tari “Glendo Barong”, Tari “Jaranan Wedok” dan Drama Tari “Legenda Putri Banyak”.
Tari “Glendo Barong”, adalah atraksi Barong yang beratnya mencapai 50 Kg. Menceritakan legenda “Naga Geni” yang digambarkan sebagai sosok angker “Samber Nyowo”. Kesenian ini umumnya dimainkan bersama kesenian “Jaran Kepang”.
Sementaran Tari “Jaranan Wedok”, mengisahkan para pengawal Ratu, penunggang kuda semua perempuan. Mereka adalah perisai melindungi Ratu, digambarkan sebagai sosok perempuan kuat, licah, gesit dan para prajurit tangguh.
Drama Tari, “Legenda Putri Banyak” menceritakan seorang putri bernama Raden Ayu Suci Kitri yang ditugaskan ayahnya, Mpu Supo untuk menjaga Pusaka Kerajaan Majapahit. Dalam tugasnya Raden Ayu Suci Kitri menemui banyak rintangan. Salasatunya ia diburu Adipati Blambangan yang bernama Minak Jinggo.
Namun seorang Empu bernama Eyang Simo Marutho menyelamatkan Raden Ayu Suci Kitri. Pusaka kerajaan Majapahit tersebut hingga kini diyakini masih tersimpan di gunung Banyak. Pusaka berlekuk 13 tersebut bernama, Kiyai Sengkelat, Kiyai Nogososro dan Kiyai Sabuk Inten.
Para seniman yang terlibat di pergelaran ini, antara lain Winarto S.Sn (Ide Cerita/Gagasan), Sunarto (Penulis Cerita), Win Ekram (Sutradara), Yahya (Asisiten Sutradara), Tim Sanggar Tari Satwika Tungga Wisti (Penata Tari), Susilo Utomo (Penata Musik), Fery Hendriyatna (Penata Panggung), Hari Arifin (Penata Artistik), Puji Rahayu (Penata Kostum dan Penata Rias), serta didukung puluhan pengrawit, penyanyi dan penari.
Duta seni dari Kota Batu ini di bawah pembinaan langsung Walikota Batu, Dra. Hj. Dewanti Rumpoko, M.Si. Selaku Penasehat, adalah Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Drs. Imam Suryono, MM. Penanggungjawab Winarto S.Sn (Kepala Bidang Kebudayaan Kota Batu), serta Retno Probowati, S.Sos, bertindak sebagai Pimpinan Produksi.
Turut menyaksikan pergelaran ini, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM. Hadir juga Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Drs. Imam Suryono, MM, penyanyi dan musisi, Sonny Joss yang populer lewat lagu campursari, “Sri Minggat”, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Batu, para warga dan pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.
Bertindak sebagai Juri Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).
Di penghujung bulan April 2019 ini, Anjungan Jawa Timur TMII selanjutnya menampilkan para duta seni daerah dari Kabupaten Sidoarjo (28/04/2019), dan acara peringatan Hari Tari Dunia, Sabtu (27/04/2019). (HKS).