AkuiAku Medianya Insan Berjiwa Seni
Related Articles
Bandung, AKUIAKU.Com — MUSIK bagi Lugi Basuki, bukan hanya sebagai media penyaluran hobi. Tetapi lebih dari pada itu, bahkan merupakan sumber kebahagiaan, wadah inspirasi, aspirasi dan manfaat bagi sesama.
Karena itu, pemuda kelahiran
11 Oktober 1993 ini, mendedikasikan dirinya untuk berkarier dibidang musik. Dan kini tengah merilis sebuah album berjudul “Raksasa Besar” yang merupakan cerminan perjuangan dirinya dalam menghadapi hidup.
“Sejak kecil saya memang senang dengan musik, entah kenapa tapi saya merasa senang. Ketika memainkan alat musik, kemudian segala hal yang saya rasakan. Baik rasa bahagia atau sedih, dapat saya luapkan. Musik juga menjadi tempat berkomunikasi dengan cara yang lain saat ada hal-hal yang tidak dapat dikomunikasikan secara langsung,” terangnya.
Lugi juga bercerita bahwa ia tengah menggarap jenis musik Pop Alternative Rock, yang mengusung tema-tema tentang perjuangan, cinta, atau hal-hal seputar kehidupan yang memiliki makna lebih.
“Saya sendiri menyukai beragam jenis musik, dulu saya sempat ngefans dengan Dewa 19 era sang vokalisnya Once. Karena lagunya punya filosofi, romantisme. Saya juga menyenangi lagu The Beatles, dan musik-musik Indonesia yang sedang “hits” saat ini,” terang penfavorit warna hitam dan penyuka sate.
Pemilik tinggi 174 CM ini juga kedepannya berharap, dapat hidup totalitas menjadi seorang Seniman, Produser dan Pencipta Lagu.
Lagunya yang berjudul “Adalah Allah” pada tahun 2017 ini, sempat menjadi Sountrack film layar lebar bertajuk “Haji Kecil” dan pada tahun
2017 lalu ia pun pernah bernyanyi bersama Sandiaga Uno di Museum Keramik Jakarta, dalam acara Difabel bisa berkarya.
Untuk saat ini Lugi juga menjadi aktivis Difabel, terlibat dalam acara-acara Himpunan Wanita Disabilitas (HWDI) dan MHI. Aktif dalam pelatihan Menjahit, Capacity Building, Public Relation dan event-event lainnya.
“Selain bermusik saya juga meniti karier di bidang Videografi, berproses untuk membuat film layar lebar. Dalam perjalanannya saya banyak dibantu juga oleh beberapa Komunitas. Seperti Komunitas Harry Roesli, Komunitas Napak, Komunitas Baraya dan lainnya,” jelasnya.
Pemuda yang gemar berolah raga ini juga bercerita, bahwa ia memiliki motto hidup “Terus berjalan, nikmati ketika sedang susah, nikmati ketika sedang bahagia, karena hidup perlintasan saja, jangan menyerah pada kondisi saat itu”.
Adapun hal yang membuatnya selalu bersemangat adalah senyuman orangtua. Serta dukungan dari mereka yang selalu mengapresiasi apapun yang dilakukannya. Dan menolongnya saat terjatuh untuk bangkit kembali.
“Saya juga banyak terinspirasi dari sosok ayah saya, dimana dulu beliau adalah seorang pekerja pompa air. Dan beliau kerap membawa saya kemanapun beliau bekerja. Dan hal itu sangat membekas di dalam benak saya, betapa ayah sangat menyayangi saya,” tandas anak ke tiga dari empat bersaudara.
Sementara untuk tokoh yang ia idolakan, Lugi mengaku bahwa ia mengagumi BJ Habiebie sebagai bapak bangsa yang hebat dan membangun persatuan serta kesatuan.
Lugi juga berharap kedepannya ia akan semakin menjadi pribadi yang lebih baik. Dapat memenej waktunya dengan lebih efektif dan efisien. Serta dapat menelurkan karya yang memiliki nilai-nilai positif dan kedamaian.
“Terakhir saya berharap bahwa perdamain di indonesia, akan tetap terjaga. Masyarakatnya saling hidup dengan bergotong royong, saling membantu demi kemajuan bangsa,” pungkasnya sore itu, penuh semangat. (Tiwi Kasavela).
