Bandung, AKUIAKU.Com — EKSISTENSI kawasan tersebut berdiri, memang untuk melestarikan Budaya Sunda dan suasana hutan untuk menjaga lingkungan.
Berkunjung ke kawasan Ekowisata Alam Santosa Pasir Impun Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Seakan menyatu kembali dengan Alam dan Budaya.
Owner sekaligus Duta Sawala atau Sekjen Dewan Kesepuhan Masyarakat Adat, Eka Santosa mengungkapkan. Bahwa Ekowisata Alam Santosa ini mengangkat tema “Nyoreang alam katukang, nyawang alam anu bakal datang,” yang bermakna mempelajari Kejeniusan masyarakat tempo dulu untuk melihat kedepan. Dimana warisan karuhun Sunda yang sangat luar biasa dijaga untuk dihidupkan kembali.
“Saya menemukan lahan ini pada awalnya karena rumah saya yang terletak di Arcamanik. Pernah mengalami kebanjiran dengan karakter banjir yang mengandung kerikil dan tanah berwarna merah. Maka saya menyimpulkan bahwa banjir ini berasal dari daerah atas,” terangnya.
Setelah itu, Eka pun menelusurinya dan ditemukanlah sebuah kawasan yang menjadi Ekowisata Alam Santosa saat ini.
“Saat itu lahannya kritis, daerah yang gundul dari pepohonan, hingga akhirnya saya tergerak untuk merecovery alam tersebut. Dengan menanam berbagai tanaman dan pohon seperti Dukuh, Naranti, Ganitri, Cempaka, Mala, Damar dan lain sebagainya,” papar Ketua Umum Gerakan Hejo ini.
Selain membuat hutan sebanyak 80% di lahan seluas 5 Hektar, 20% lainnya pun dipakai untuk Parkiran, Sawah, Kolam yang diisi berbagai jenis ikan seperti Subang Lalawa, Betok dan sebagainya.
Selain itu juga dibuat bangunan yang menjaga kearifan lokal seperti Bumi Alit, Dapur Lokal dengan menggunakan Hawu, Warung Gebyok, Bale Kambang, Julang Ngapak dan kawasan bermain.
“Kami pun menanam pohon Kopi disini, dimana menjadi tempat Wisata Kopi, Edukasi Kopi dan Minum Kopi yang saling memberikan manfaat juga untuk para petani yang merawatnya,” tambahnya.
Eka mengulas bahwa konsep yang diangkat adalah “Go green” dimana mengusung keseimbangan sebagaimana ajaran Sunda antara Flora, Fauna maupun manusia yang harus dijaga. Karena semuanya saling berinteraksi sebagai bagian dari mahluk Tuhan.
“Alam Ekowisata Santosa merupakan Pusat Budaya dan Lingkungan. Berkembang sejak tahun 2001, yang datang berkunjung bukan hanya dari berbagai kawasan yang ada di Nusantara saja. Bahkan sudah dikunjungi oleh 7 Negara Eropa dan pada tahun 2015. Kami juga menerima kunjungan mahasiswa dari Asia dan Afrika,” terangnya.
Disamping itu, Ekowisata Alam Santosa, kerap mengadakan Festival Budaya Masyarakat Adat Sunda seperti Pinton Ajen Karancagean yang sudah dilaksanakan sebanyak dua kali. Adanya “Green School”, yang menjadi tempat untuk berdiskusi. Menjadi Pusat Pengembangan Budaya dan Lingkungan. Bahkan juga kerap dijadikan acara Rapat atau Wedding.
“Saat ini Jawa Barat dihadapkan dengan pokok krisis lingkungan yang luar biasa. Dengan beberapa titik yang membahayakan hutan dan sungai, 90 persen hutan sudah rusak, 50 persen sungai-sungai sudah tercemar, pesisir utaranya abrasi. Sehingga perlu membangkitkan kembali kesadaran, agar cepat terpulihkan dengan pendekatan Budaya dan Humanisasi,” paparnya.
Tingginya eksploitasi, lanjut Eka akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan menurunnya produksi. Hal ini diakibatkan oleh krisis kesadaran untuk merawat lingkungan dari hal terkecil seperti membuang sampah.
“Saya berharap kedepannya, akan lahir generasi yang tidak melupakan Budaya dan Lingkungan. Sebab negara hebat itu bukan hanya memiliki SDM yang kompetitif, berfikir global, mapan dalam teknologi. Tetapi juga kemampuan dalam mempertahankan Budaya serta memahami dan menjiwai nilai leluhur dan lokal,” pungkasnya sore itu. (Tiwi Kasavela).