Jakarta, AKUIAKU.Com — MINGGU ke 4 Gelaran Jakarta Horor Screen Festival berlangsung meriah dengan kehadiran narasumber Bagiono, Produser film, lawyer dan Ketua Pafindo, Sutrisno Buyil, Ketua Umum Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia, artis Nadira dan Alda. Kicky Herlambang selaku penggagas kegiatan insan film ini, mengajukan tema “Film horor, Murahan atau Berkelas…..?”.
Dalam Diskusi santai semi talkshow bertema “Film Horor : Murahan Atau Berkelas?” yang masih setia di gelar Kamis malam (12/3/2020) di Kedai Kopi Lali Bojo, Pondok Bambu, Jakarta Timur, masing masing narasumber mempaparakan pandangannya.
Kali ini Creative Director Jakarta Horror Screen Festival 2029, Teguh Yuswanto, mendatangkan Lima Pembicara ; Sutrisno Buyil ( Ketua Umum Forwan/Jurnalis senior), Muhammad Bagiono (Produser ), Alda Augustine (Bintang film), Nadira Nazmi (Bintang film) dan Rency Milano (Bintang Film).
Muhammad Bagiono -yang juga menjabat Ketua Umum Perkumpulan Artis Film Indonesia. Termasuk luwes memaparkan pendapatnya.
Gion, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa kini film Indonesia horor yang disebut murahan mulai jarang di temui di bioskop.
“Hal musabab, memang tak ada parameter yang pasti film horor itu murahan atau berkelas…? Ya gak….? Ini kan, hanya soal Persepsi Publik sejak dulu. Bahwa letupan opini soal film horor yang notabennya digarap dengan budget murah, terkesan menjadi film murahan. Tapi bukan begitu untuk saat ini,” paparnya.
Bagiono menambahkan, “Banyak koq saat ini film film horor produksi dalam negeri yang berbudget cukup mahal. Saya gakperlu sebutkan judulnya lah..! Tetapi dari tampilan visual dan tetek bengek dalam filmnya sendiri, telah memperlihatkan sebuah kelas”.
Untuk itu, Bagiono kian bersemangat, “Saya kurang sepakat kalau berkembang pemikiran film horor itu kelas murah. Intinya semua film tinggal tergantung sejauh apa keseriusan penggarapannya, secara totalitas. Begitupun keseimbangan antara besarnya Biiaya Produksi dengan Promosi….? Penting juga diperhatikan”.
Sementara , Sutrisno Buyil Jurnalis kondang yang puluhan tahun malang melintang di area Showbizz mengatakan, “Pun jika masih ada filmm horor dengan biaya produksi murah dan penggrapan yang asal saja, maka gak akan lama umurnya di bioskop”.
“Pasar atau masyarakat kita sudah cerdas memilah milih mana film berkualitas dan tidak. Sebut saja semisal film horor yang meraih jutaan penonton, jelas terbukti. Bahwa film itu punya selera pasar alias cerdas menyimak minat pasar. Maka masyarakat juga menyambutnya untuk nonton ke bioskop,” papar Buyil.
Buyil meyakini, kalau masih ada Produser yang coba-coba memproduksi film biaya murahan, akan ditinggal penontonnya.
“Nah….jika masih ada film-]film horor dengan biaya produksi murah, penggarapan yang sesuka hati atau minimalis lah, meski juga di tambal pakai bintang terkenal. Gak menjamin bisa sukses atau komersil. Apalagi biaya promosi-nya juga ikut-ikutan minimalis,” tandas Buyil.
Perbincangan kian hangat saat dua artis belia ikut berbicara, seperti Alda Augustine dan Nadira Nazmi.
“Aku rasa banyak koq, sekarang sineas dan film maker yng mulai serius menyimak selera pasar. Ya…sejujurnya sih…menurutku film horor masih punya kekuatan menyumbang penonton banyak di bioskop. Ya….ambil contoh semisal film horor yang keluaran studio raksasa dan di garap oleh Sutradara “beken” yang punya catatan komersil untuk membuat film horor. Maka biasanya nilai jual filmnya juga tinggi,” jelas Alda.
“Ya…tapi tetap mesti juga di imbangi oleh biaya Promosi yang bagus juga. Karena kultur masyarakat kita ini kan unik ya…! Ada film bagus tapi miskin promosi, malah sedikit penayangannya. Tetapi ada film yang ceritanya biasa, dibintangi aktor kondang dan rentetan lainnya, malah penontonnya banjir di bioskop. Karena kekuatan promosi tadi,” timpal Nadira Nazmi.
Rency Milano justru memaparakan, kenapa filmmaker kita selalu menampilkan sosok hantu yang itu itu saja.
“Persoalan murahan atau berkelas juga terlihat dari konten film horornya. Artinya semua film horor kan punya premis masing- masing. Hal ini juga menjadi nilai jualnya. Tapi mungkin saya perlu memberikan catatan, bahwa sesuatu yang horor bukan harus setan dan hantu. Suasana mencekam dan ngeri itu juga horor,” pungasknya menutup acara obrolan. (Buyil).