Bandung, AKUIAKU.Com — SUDAH tidak terhitung berapa lama masyarakat harus berada #dirumahaja, karena pandemi Covid-19 yang belum usai. Dari yang harus beradaptasi dengan kondisi baru, hingga memiliki rutinitas berbeda dari sebelumnya.
“Maka selain tema Nasionalis, lagu “Kita Indonesia” juga menyoal pandemi Covid-19. Harapannya lagu ini bisa menyemangati masyarakat yang sedang dilanda Pandemi. Sekaligus menghidupkan kembali kejayaan Musik Rock Indonesia,” harap Amar.
Tidak hanya lagu “Kita Indonesia”. Maharaja 48 Band juga sudah merilis beberapa lagu lain. Diantaranya lagu, “Mati Dipeluknya”, “Tak Mencari Mati”, “Bhinneka Dalam Nada” dan lagu “Durjana Dunia”. Semua lagu merupakan Karya Cipta dan penataan musiknya oleh Amar Ma’ruf, dibawah Indie Label.
Gerakan Indie Label, menurut Amar, merupakan sebuah alternatif yang memberi Nuansa Baru pada genre musik.
“Gerakan Indie Labe barangkali lebih leluasa, baik dari sisi kreatif genre maupun kemasannya. Tapi yang jelas Musik harus dapat menjadi Usaha Kreatif. Bagian dari Industri yang menjadi tulang punggung Ekonomi,” ujar Amar, yang juga bertindak sebagai Executive Producer, pada proyek ini.
“Visualkan Keragaman Budaya”
Komunikasi visual menjadi penting. Setidaknya bagi Maharaja 48 Band. Itulah sebabnya kelompok Musik beraliran Slow Rock ini. Menggarap Video Klip-nya dengan sangat serius. Video klip tersebut dapat diunduh melalui akun youtube : https://www.youtube.com/watch?v=RvGIYcZVbFQ
“Brand strategy itu penting. Kami perlu tampil menonjol secara visual. Karena itu Ide Kreatif visualnya tidak cukup biasa-biasa saja,” ujar Sutradara Heru Aceel, yang bertindak sebagai Creative Supervisor.
Klip lagu “Kita Indonesia” sangat kental Aroma Kultural dan Nasionalisme Ke-Indonesia-an. Gambar yang baik serta proses Editing yang dinamis. Mengelaborasi pentingnya penerimaan terhadap adanya keragaman budaya, Multikulturalisme dan luralisme dalam rangka membangun Rumah Kebangsaan Nasional.
“Tidak berpretensi terlalu jauh. Tapi apa yang kami lakukan semoga bisa menjadi momentum membangun Keterbukaan dan Budaya Inklusif. Ada kerelaan diantara kita untuk menanggalkan rasa “Keakuan”, untuk kemudian mengokohkan persatuan,” harap Heru, yang pernah menggelar Workshop Seni dan Film Keliling Indonesia, bersama komunitasnya Karya Anak Bangsa (KAB). (Eddie Karsito).