Bandung, AKUIAKU.Com – MESKI di tengah pandemi Covid-19, antusiasme masyarakat dalam berinvestasi terus tumbuh secara signifikan. Di Jawa Barat misalnya, peningkatan jumlah investor terus mengalami lonjakan dari tahun ke tahun.
Di akhir 2018, jumlah investor saham di Jawa Barat berjumlah sekitar 134 ribu orang, namun angka tersebut naik menjadi 177 ribu orang di 2019. Alias meningkat 43 ribu orang dalam satu tahun.
Jumlah tersebut terus berkembang signifikan pada 2020-2021.
Penambahan sebanyak 101 ribu investor baru di Jawa Barat tercatat terjadi sepanjang 2020. Sementara pada semester pertama 2021, terdapat penambahan hingga 151.049 orang investor baru.
Antusiasme tersebut idealnya perlu diimbangi oleh peningkatan literasi masyarakat terhadap pasar modal. Sehingga, masyarakat dapat terhindar dari bentuk investasi-investasi bodong. Serta dapat memaksimalkan keuntungan dari setiap investasi yang dilakukan.
Direktur Utama bjb Sekuritas Yogi Heditia Permadi mengatakan, salasatu hal yang penting untuk diperhatikan ketika hendak berinvestasi. Terutama di masa pandemi adalah dengan jeli melihat peluang bisnis yang masih bergeliat.
Meski kondisi ekonomi dalam satu tahun belakangan secara umum mengalami penurunan, namun masih terdapat sejumlah sektor bisnis yang bertumbuh.
“Saat pandemi ini masih terdapat sejumlah sektor bisnis yang uptrend. Diantaranya adalah sektor teknologi dan hal yang berbau digital, bank digital contohnya. Selain itu di masa PPKM, distribusi barang dan jasa masih cukup bagus. Sehingga saham yang berkorelasi dengan transportasi akan ikut terkatrol naik,” ungkap Yogi.
Tidak cukup sampai di situ, dia mengatakan, masyarakat juga perlu untuk mulai melakukan analisa saham. Secara teknikal maupun fundamental sebelum memutuskan berinvestasi. Hal tersebut dilakukan guna mencegah masyarakat membeli saham tanpa perhitungan sebagaimana “Membeli Kucing Dalam Karung”.
Dalam analisa saham secara teknikal, calon investor perlu banyak memerhatikan histori perkembangan harga saham perusahaan. Calon investor disarankan untuk fokus membaca pola kenaikan atau penurunan harga saham suatu perusahaan.
Sebelum melakukan transaksi saham, calon investor sebaiknya memahami pergerakan grafik, volume transaksi, harga saham perusahan dan pola lainnya yang kerap menjadi dasar pengambilan keputusan dalam membeli atau menjual saham.
Tujuannya adalah untuk mencari waktu yang paling pas dalam membeli ataupun menjual saham. Sehingga calon investor dapat meraih keuntungan secara maksimal. Umumnya, analisa teknikal digunakan oleh para Stock Trader dalam melakukan Aktivitas Trading.
Sementara dalam analisa fundamental, calon investor sebaiknya melakukan analisa secara makro maupun mikro.
Analisa makro dilakukan untuk mengetahui iklim ekonomi negara dimana bisnis yang bersangkutan dijalankan; mulai dari pertumbuhan ekonomi negara hingga kondisi inflasi yang tengah berlangsung.
Selain itu, analisa industri juga diperlukan untuk mengetahui situasi sektor bisnis perusahaan yang bersangkutan, apakah masih memberikan peluang bagi perusahaan untuk bertumbuh. Adapun analisa secara mikro dilakukan agar calon investor dapat memahami kondisi bisnis perusahaan, diukur dari performa keuangan hingga mutu manajerialnya.
“Penting juga untuk mengetahui posisi perusahaan dalam industri yang dijalani. Apakah Market Leader atau bukan, apakah pasarnya masih berkembang atau sudah decline. Kalau masih terus berkembang, berarti bagus. Kalau punya waktu yang cukup, annual report perusahaan juga sebaiknya dipelajari. Agar bisa punya gambaran bagaimana manajemen perusahaan tersebut berjalan,” ungkap Yogi.
Dalam analisa fundamental, calon investor juga perlu memiliki acuan harga saham yang baik. Hal ini berfungsi sebagai patokan dalam bertransaksi saham di tengah kondisi pasar yang tidak menentu. Investor juga perlu mengevaluasi dan mengawasi saham secara rutin untuk memperkirakan kapan sebaiknya menanam atau menyudahi investasinya, sehingga keuntungan dalam jangka panjang dapat diraih.
“Banyak juga yang beranggapan bahwa membeli saham IPO (initial public offering) pasti untung. Sebetulnya yang utama, tetap harus diperhatikan bisnisnya apa, prospeknya bagaimana dan kinerja perusahaan tersebut sebelum IPO seperti apa. Yang penting mengenal perusahaannya terlebi dahulu (sebelum berinvestasi) terlepas IPO ataupun yang sudah listing,” ungkapnya.
bank bjb Terus Bertumbuh di Tengah Pandemi Covid-19
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk atau bank bjb adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) pertama di Indonesia yang berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). bank bjb secara resmi melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada 2010 dengan kode emiten BJBR. Pada saat IPO, bank bjb melepas 25% sahamnya pada publik dengan harga penerbitan Rp600 rupiah dan nilai nominal 250 serta total nilai emisi Rp.1,45 Triliun.
Hingga saat ini, bank bjb senantiasa mencatatkan kinerja baik, tak terkecuali di masa pandemi Covid-19. bank bjb merupakan salah satu BPD di Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan kinerja bisnis positif di masa pandemi Covid-19, yakni pada sepanjang 2020 maupun hingga pertengahan 2021.
Hal tersebut di antaranya tercermin dari pertumbuhan positif berbagai aspek, mulai dari laba, total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), total kredit, hingga Non-Performing Loan (NPL) yang senantiasa terjaga di angka rendah secara Year on Year.
“Capaian ini salah satunya ditopang oleh model bisnis bank bjb yang agile dan resilien, serta telah teruji melampaui berbagai kondisi krisis–mulai dari krisis 1998, 2008, hingga pandemi Covid-19,” ungkap Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi.
Hingga Triwulan II 2021, laba bersih bank bjb mampu tumbuh 14,4% menjadi sebesar Rp.924 Miliar. Pertumbuhan tersebut juga diikuti oleh peningkatan nilai aset perseroan yang tumbuh sebesar 20,0% year on year atau mencapai 150,4 triliun rupiah, total kredit yang tumbuh secara nett sebesar 6,7% menjadi Rp97,7 Triliun dengan tingkat NPL terjaga baik di angka 1,34%, serta DPK yang tumbuh 20,9% Year on Year menjadi Rp. 116,1 Triliun.
Guna memperkuat lini usaha perusahaan, khususnya di sektor transaksi efek, bank bjb resmi mendirikan Perusahan Efek Daerah (PED) pertama di Indonesia, yakni bjb Sekuritas pada November 2020.
Sebagai PED, bjb Sekuritas memiliki fokus untuk mendorong investasi di daerah sehingga dapat membantu mengembangkan perekonomian wilayah tersebut.
bjb sekuritas berfokus pada pelayanan investor keterangan domisili Jawa Barat sesuai POJK. Namun demikian dalam perkembangannya tidak menutup kemungkinan utk berkembang melalui pendirian di wilayah lainnya. (Ris).