JAKARTA, AKUIAKU.Com — WAYANG dalam konstelasi peradaban bangsa sangat menonjol karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mampu memberi keteladanan bagi kehidupan manusia. Disini pentingnya Wayang sebagai jiwa, cermin kehidupan dan perekat Kebhinnekaan, serta pilar peradaban bangsa.
Demikian antara lain disampaikan, Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI), Drs. Suparmin Sunjoyo, dalam Jumpa Pers, rencana penyelenggaraan acara ‘Living Intangible Cultural Heritage Forum for Wayang Puppet Theater in Indonesia 2021’ di Sekretariat SENA WANGI, Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta Timur, Jum’at, 8 Oktober 2021.
‘Selain itu,Wayang menjadi Ikon dan salasatu identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk mewujudkan Kebudayaan Nasional Indonesia,’ ujar Suparmin.
Wayang Indonesia, menurut Suparmin, mempunyai ‘Standing’ sangat terhormat di dunia Internasional. Hal ini dibuktikan dengan pemberian Penghargaan oleh Badan Dunia PBB UNESCO yang memproklamirkan Wayang Indonesia sebagai ‘a Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity’, di Kantor Pusat UNESCO, Paris, Perancis, 7 November 2003.
‘Meskipun eksistensi wayang di Indonesia sudah lebih dari 1000 tahun, namun untuk menentukan tanggal yang pasti kelahirannya amat sulit. Maka 7 November 2003 pada saat Wayang Indonesia mendapat penghargaan dari PBB UNESCO, dijadikan momentum peringatan Hari Wayang Nasional,’ paparnya.
Hari Wayang Nasional (HWN), terang Suparmin, memiliki landasan hukum yang kuat, berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 30 Tahun 2018. Karena itu, menurut Suparmin, bangsa Indonesia punya kewajiban, khususnya komunitas dan berbagai organisasi pewayangan untuk memperingati Hari Wayang Nasional (HWN) setiap tanggal 7 November, sejak 7 November 2019 dan seterusnya.
Peringatan HWN tahun 2021 ini sekaligus dijadikan momentum penyelenggaraan ‘Living Intangible Cultural Heritage Forum for Wayang Puppet Theater in Indonesia’ (Forum Warisan Budaya Tak Benda Yang Hidup Bagi Wayang di Indonesia), serta dirilisnya ‘Rumah Wayang Dunia.’
‘Hal ini sesuai mandat rapat ‘Intangible Cultural Heritage (ICH) NGO’s Forum UNESCO’, tanggal 11 Desember 2019, saat Sidang Ke-14 Komite Antar Pemerintah tentang Implementasi Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda, di Bogota, Kolombia, pada tanggal 9–14 Desember 2019,’ terang Suparmin.
Selain Ketua Umum SENA WANGI, Suparmin Sunjoyo, hadir di acara jumpa pers tersebut, Eny Sulistyowati SPd, SE, MM, Ketua Bidang Humas dan Kemitraan SENA WANGI dan Nurrachman Oerip, SH, (Ketua Pelaksana Program Living ICH Forum for WPT in Indonesia).
Hadir juga Kondang Sutrisno, SE, Ketua Umum PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia), Luluk Sumiarso, Ketua Umum PEWANGI (Persatuan Wayang Orang Indonesia), Kabul Budiono, Dewan Pengawas TVRI, Ninok Leksono, Pengamat Budaya, serta Agus Prasetyo S.Sn, Aktor dan Sutradara Wayang Orang.
Pada saat yang sama Ketua Pelaksana Program _Living ICH Forum for WPT in Indonesia,_ Nurrachman Oerip SH., menjelaskan, bahwa acara Living ICHF for WPT in Indonesia, akan digelar tanggal 7–9 November 2021 mendatang.
Program ‘Living ICH Forum for WPT in Indonesia’ ini diselenggarakan Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI) dalam rangka memeriahkan peringatan Hari UlangTahun Ke-3 HWN.
‘Acara ini diharapkan dapat mendorong kreativitas dan inovasi pelaku seni dan budaya, khususnya komunitas wayang Indonesia agar peringatan HWN makin dinamis, dan berkemajuan,’ ujar Nurrachman Oerip SH.
Program ‘Living ICH Forum for WPT in Indonesia’, lanjut Nurrachman, menjadi forum komunikasi interaktif budaya antar pemangku kepentingan di Lingkup Nasional maupun Onternasional.
‘Program ini bertujuan mendorong bertumbuh kembangnya ‘People to people contact and cooperation’ antar bangsa dan Negara berdasarkan paradigma kebudayaan sebagai ‘Bridge Builder of Jumanity’, karena sejatinya ‘Culture is a Humanlink of Inderstanding,’ ujarnya.
Wayang, kata Nurrachman, dapat menjadi komponen pendukung pembentukan karakter bangsa, sekaligus mempertahankan eksistensinya sebagai Budaya Bangsa.
‘Waktu terus berganti. Zaman berubah, namun Wayang tetap eksis. Tidak hanya sebagai tontonan, tetapi juga tatanan dan tuntunan, sarana pembentukan karakter, terutama untuk generasi muda,’ ujar Pemrakarsa Program ‘Living ICH Forum for WPT in Indonesia’ ini. (***).